Ketika teman-teman
guru ramai-ramai melanjutkan pendidikannya ke S2 aku tidak melakukannya, aku
jelas iri.
Lalu aku berbisik
kepada suami yang kebetulan seprofesi dengan aku.
“ Pak..kenapa
mereka bisa yah sedangkan kita tidak bisa”
“ Mereka bisa
karena usia mereka masih muda, punya uang dan punya waktu”. Jawab suami aku
lesu
“Iyah..yah” ikutan
lesu
Aku iri pada yang muda,
mereka punya uang dan waktu untuk sekolah lagi, tidak dengan aku!
Rasa iri telah
menggerogoti semangat!
Sejak hari itu
semangat berganti rasa lesu
Di rumah dan di
sekolah tidak bergairah
Semangat telah
pergi entah kemana...
Semangat semakin
hilang ketikan teman-teman bercerita tentang kehebohannya di kampus,
keseruannya mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Mereka berkumpul di sudut
kantor membahas tugas dengan serius. Mereka tertawa saat menemukan jawaban dan
gembira bersama. Aku semakin iri!
Sebutan baru
muncul, mereka terlihat istimewa.
Teman guru lain
menyapa mereka dengan sebutan bapak ibu guru mahasiswa.
Kepala sekolah
memberi kelonggaran jam mengajar, boleh tinggalkan kelas asal sekolah lagi.
Aaaah, aku semakin
iri!
Iri aku meradang
hingga ujung jari!
Aku cemburu!
Aku cemburu bukan
karena takut tersaingi. Sungguh!
Aku cemburu karena
mereka bisa belajar aku tidak!
Aku ingin belajar,
ingin menambah ilmu, ingin merasakan lagi keseruan belajar di kampus.
Tapi ...
Apa daya tanganku
tak sampai!
Tetiba..
Seorang teman
memberi informasi tentang pendaftaran baru yang akan dibuka, cukup bayar Rp.
400.000 untuk biaya formulir.
“Bu..sertifikasi
kan mau cair, daftar saja dulu” kata teman aku
“Tapi bersamaan
dengan pembayaran kuliah anak-anak aku bu..terus apakah aku bisa lulus?”
“Coba saja dulu” kata teman aku menyemangati
Semangat aku
tetiba datang menghadang!
Suami mengizinkan!
Dan semangat aku
meluap!
Hari pertama
menginjakkan kaki di kampus rasanya bagaikan terbang ke awan
Saking senangnya
sampai-sampai aku lupa kalau aku belum terdaftar. Tak apalah setidaknya ini
awal yang baik.
Setelah melewati
berbagai rintangan, belajar bersama dengan teman-teman yang usianya jauh lebih
muda, tinggal di kampus sampai malam meninggalkan suami dan anak-anak dan
dengan dana seadanya.
Begitu banyak
waktu yang dilewati, malam-malam di mana tidak bisa lagi melayani suami untuk
bercengkrama karena harus konsentrasi belajar mempersiapkan ujian demi ujian,
siang hari berjuang menyiasati waktu agar antara tugas mengajar dan tugas
kuliah tidak terbengkalai dan yang terpenting tugas utama sebagai ibu rumah
tangga dengan lima anak juga tetap dilaksanakan dengan baik.
Hingga akhirnya
tibalah di penghujung perkuliahan.
Kembali merasakan sensasinya perjuangan.
Memburu pembimbing untuk konsultasi proposal hingga tesis, ujian terbuka hingga
ujian tertutup.
Kadang terasa
penat namun itu tidak menyurutkan semangat untuk terus belajar.
Aku begitu
bersemangat di awal dan di akhir belajar. Atas izin Allah SWT, aku dapat
menyelesaikan S2 dalam waktu yang cukup
singkat bahkan dengan predikat comlaude.
Keinginan belajar
telah menumbuhkan harapan besar dan perjuangan tanpa batas. Melanjutkan sekolah
dalam keadaan krisis ekonomi keluarga tidak mudah, tapi aku bisa melakukannya!
Ya, aku iri pada
mereka yang belajar lebih dulu, rasa iri ini yang membuat aku nekad melakukan
hal yang sama_nekad untuk belajar.
Rasa iri tidak selalu negatif bukan?
9 Komentar
Akh iri juga, iri pengen bisa nulis semengalir ini. Salam kenal mba.
BalasHapusSalam kenal juga mbak, terima kasih sudah berkunjung
HapusSalam kenal juga mbak, terima kasih sudah berkunjung
HapusIri yang membangun semangat. Jadi iri juga rasanya. :-)
BalasHapusYok...kita mensosialisasikan iri yang menginspirasi, terima kasih ya atas kunjungannya
HapusYok...kita mensosialisasikan iri yang menginspirasi, terima kasih ya atas kunjungannya
HapusIri yang membangun semangat. Jadi iri juga rasanya.
BalasHapusHai Kak .. akhirnya saling tahu usia ya hahaha
BalasHapusUtk belajar menulis, tidak ada kata terlambat. Saya dan banyak teman blogger, punya Bunda di dunia blogging yang senang memanggil blogger2 sebagai "anak-anak dunia mayanya", nama beliau bunda Yati, usianya sudah 77 tahun. Beliau baru mulai ngeblog 5 tahun lalu. Kalo Kak Marda browsing, cari nama Bunda Yati, ada blog beliau, Kak.
Kalau mau ki' bergabung denga komunitas2 blogger, inbox saja saya Kak, nanti saya kenalkan ki' dengan komunitas2 blogger di sini dan komunitas2 lain yang asyik :)
Alhamdulillah, terima kasih adinda memang ini dunia yg sudah lama kurindukan berhubung karena sesuatu dan lain hal maka ahak telat tetapi seperti yn adinda katakan tidak ada kata terlambat kan?
Hapus