Mencoba
belajar “menulis” diusia senja, sepertinya sudah sangat terlambat. Perasaan itu
terkadang muncul jika melihat perkembangan dunia tulis menulis yang saat ini
sungguh luar biasa pesatnya. Apalagi dengan adanya dunia maya, telah memudahkan
setiap orang untuk “menuliskan” apapun yang ada dihatinya, dipikirannya.
Media sosial bagaikan magnet yang sangat kuat
dimana pada kutub-kutubnya akan menarik setiap orang untuk masuk ke dalamnya.
Walaupun dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda, namun media sosial secara
tak sengaja telah menularkan virus membaca dan menulis bagi penggunanya.
Semisal Menuliskan perasaan senang,
kesal ataupun curhat atau hanya sekedar komen
di Facebook, bercengkrama di WA, saling menyapa di line atau mengomentari
foto di instagram hingga memiliki blog.
Menulis
dan membaca adalah hobbiku sejak kecil. Menuliskan isi hati di buku diari
sederhana ataupun menulis ulang puisi orang lain yang saya temukan di Koran adalah
kebiasaan masa kecilku. Kebiasaan itu tidak benar-benar hilang, sesekali masih
saya lakukan. Menulis puisi atau sekedar menyalin kata-kata inspirasi dari
hasil bacaan pada buku agenda di sela-sela rutinitas kerja dan kesibukan
mengurus rumah tangga.
Ketika
saya mulai mengenal internet, saya tercenung, melongo bagai si-dungu yang
berada di dunia asing.
Gaptek!
Yah, saya gagap teknologi. Tapi saya tidak malu untuk belajar. Saya belajar
kepada anak saya, belajar dibuatkan
email, belajar membuat facebook (fb pertama saya sudah raib entah kemana
karena selalu lupa paswordnya). Berkali-kali dibuatkan email hingga akhirnya
bisa buat sendiri dan bisa menggunakannya untuk berkirim surat. Memilik fb
adalah kesenangan tersendiri karena melalui fb saya bisa bersilaturahim lagi
dengan kawan-kawan di masa lalu.
Terima kasih, Mark Zuckerberg!
Melalui
facebook, saya berkenalan dengan komunitas ibu-ibu yang cerdas. Terinspirasi pada kehebatan ibu-ibu yang
memiliki bisnis, ibu-ibu yang jago menulis cerita, menulis artikel dan lain
sebagainya.
Karena
penasaran dengan kehebatan mereka, maka saya bergabung pada grup Tips Nulis dan
Bisnis 13, berkat grup TNB ini pula yang menarikku untuk mengikuti
training-trainingnya. Untuk menambah ilmu disamping saya semakin rajin membaca
saya juga mulai rajin menyambangi
blog-blog yang bertebaran di dunia maya.
Walaupun
usia sudah tidak muda lagi tetapi semangat untuk memulai tidak kalah dengan
ibu-ibu yang masih muda. Terkadang malu juga, jika mendapati mereka masih muda tetapi sudah mampu berkarya,
membuat buku, punya bisnis. Bahkan menjadi konsultan dan mentor saya.
Tak
apalah, bukankah belajar itu tidak mengenal usia, tidak pula mengenal waktu.
Belajar tidak harus kepada yang sudah tua, karena ilmu tidak pernah memilih
kepada siapa ia berlabuh. Pilihan ilmu hanya satu, kepada orang yang mau
memilikinya.
Belum
terlambat untuk memulai, justru karena usia yang sudah banyak inilah seharusnya
menjadi pemicu untuk belajar lebih keras lagi, agar dapat mengejar dan memanjat
dengan cepat untuk sampai pada titik pencapaian.
Harus
bisa sebelum ajal menjemput, agar kelak saya dikenang oleh anak-anak saya dan
orang-orang yang mengenal saya sebagai
ibu yang bersemangat.
0 Komentar