Masuk ke kelas
ini selalu saja membuatku bersemangat. Suasana kelas yang nyaman, bersih dan
rapih. Suasana ini yang selalu menarikku
untuk berlama-lama di sana.
Aku memandang
satu persatu murid-muridku dengan hati yang berbunga.
“Anak-anak, sebelum
kita memulai pelajaran, seperti biasanya kita membaca Al Qur’an dahulu ya " Aku menebarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Tangan-tangan mungil itu mulai
sibuk membuka Al Qur’an yang setiap hari, harus selalu dibawa.
“Hari ini, kita
sudah sampai pada bacaan surah ke-104, surah apakah itu anak-anak” tanyaku.
“Surah al Humazah, bu” jawab Assad, si bongsor.
“Baiklah, siapa
yang akan memimpin” tanyaku sekali lagi.
“Saya ibu” jawab
Kirana lembut
Maka, mengalunlah
suara merdu Kirana, membacakan surah Al Humazah ayat demi ayat dengan fasih diikuti
oleh teman-temanya.
Bismillahir
Rohmanir Rahiim
(104:2) Allazii jama’a maalaw wa’addadah
(104:3) Yahsabu anna maalahuuu akhladah
(104:4) Kallaa layumbazanna fil-huthomah
(104:5) Wa maaa adrooka mal-huthomah
(104:6) Naarullohil-muuqodah
(104:7) Allatii taththoli’u ‘alal-af idah
(104:8) Innahaa ‘alaihim mu’shodah
(105:9) Fii ‘amadim mumaddadah
(104:3) Yahsabu anna maalahuuu akhladah
(104:4) Kallaa layumbazanna fil-huthomah
(104:5) Wa maaa adrooka mal-huthomah
(104:6) Naarullohil-muuqodah
(104:7) Allatii taththoli’u ‘alal-af idah
(104:8) Innahaa ‘alaihim mu’shodah
(105:9) Fii ‘amadim mumaddadah
Kirana telah
tuntas membacakan surah Al Humazah, aku lalu mengarahkan pandangan kepada murid
lainnya.
“Siapa nih yang
mau membacakan terjemahan surah Al Humazah?”Tanyaku lagi.
Seorang pemuda cilik di ujung kanan mengacungkan tangan.
Seorang pemuda cilik di ujung kanan mengacungkan tangan.
“Baiklah, Bara
Pramudya bersedia membacakan terjemahannnya, yang lain, didengarkan yah …
?”
- Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.
- Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya
- Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya
- Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah
- Dan tahukah kamu apakah (Neraka) Hutamah itu?
- Yaitu api (azab) Allah yang dinyalakan
- Yang (membakar) sampai ke hati
- Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka
- (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
“Terima kasih,
Bara …, hayooo, apakah makna yang dikandung surah Al Humazah yang dibacakan oleh Bara
tadi?”
“Itu, tentang
orang-orang yang suka mencela bu guru …” serempak mereka menjawab
“Mencela itu,
yang bagaimana yah?” tanyaku lagi
“Yang suka
mengejek buuuu …” jawab Riana, murid termungilku
“Perbuatan yang
tidak baik bu guruuu …” kata Firman, sang ketua kelas.
“Anak-anakku, apa
yang dikatakan oleh Riana maupun Firman itu adalah benar, bahwa sesungguhnya mencela adalah perbuatan yang tidak baik dan
dibenci oleh Allah … ”. Aku mencoba menjelaskan tafsir surah Al Humazah dengan pengetahuanku yang sederhana.
Mencelah orang
lain melalui isyarat dan perbuatan
maupun dengan ucapan, kadang-kadang tanpa kita sadari seakan-akan itu biasa
saja padahal Allah SWT telah
memperingatkan melalui surah Al- Humazah ini, yaitu api (azab) yang dinyalakan dan
akan membakar sampai ke hati. Astagfirullah!
Sambil merenungi
surah Al-Humzah, aku kembali memandang satu persatu wajah murid-muridku, wajah polos tanpa dosa. Mereka sudah mulai memahami arti mencelah, maupun mengumpat,
namun sangat penting untuk memperkenalkan contoh-contoh mencelah, mengumpat
baik secara isyarat maupun secara lisan.
Maka, orang tua,
guru serta orang-orang dewasa di sekeliling anak-anak polos itulah yang seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan pengarahan maupun nasehat.
Bukan hanya
sekedar nasehat melalui kata-kata, tetapi yang paling utama adalah memberi
contoh melalui sikap dan perkataan. Orang tua maupun guru sedapat mungkin tidak
mencelah orang lain baik melalui isyarat maupun kata-kata apalagi jika itu
dilakukan di hadapan mereka.
Karena anak-anak adalah plagiator terbaik!
1 Komentar
Subhanallah. Bagus sekali, Bu.
BalasHapus