Sehari
sebelum lebaran, saya menyempatkan diri ke sebuah toko untuk berbelanja bahan
makanan untuk persiapan lebaran esok. setelah keluar dari toko seorang anak
berusia sekitar 7 tahun datang menawarkan serbet panci.
“Bu,serbet
bu, harganya Rp.10.000 untuk 2 pasang”. Saya hanya menggeleng, pikirku di rumah
masih ada serbet yang belum sempat kupakai.
“Bu,
saya kurangi harganya Rp.5000,untuk 2 pasang ya bu..”. Saya tetap menggeleng.
Anak
itu terus saja mengikutiku sambil menawarkan serbetnya dengan gigih, karena
sedikit merasa terganggu, saya akhirnya mengeluarkan uang Rp.2000,- sambil
berkata “ini untuk kamu saja saya tidak usah beli serbetmu nak”.
“Maaf
bu, saya bukan pengemis, ibu saya mengajarkan untuk menjual, bekerja mencari
uang dengan halal bukan mengemis”. jawab anak itu dengan muka sedikit kesal.
‘Aups…
maaf nak, kalau begitu saya beli serbetmu 4 pasang yah..salam sama ibumu”.
Kataku sambil menyodorkan uang Rp.20.000,. dan hendak berlalu karena merasa
bersalah, tetapi aneh anak iu mengejar saya.
“Ibuu.
ini kembaliannya, harganya hanya Rp.10.000 untuk 4 pasang”. sambil menyodorkan
uang kembaliannya.
Karena
saya takut menyinggung lagi perasaan anak itu maka saya ambil kembaliannya
sambil berkata. “kan harganya Rp. 10.000 untuk 2 pasang?”
“Itu
harga awal yang saya tawarkan tetapi sudah saya kurangi sendiri
menjadi Rp.5000 untuk 2 pasang”
“Oh,
terima kasih ya..sekali lagi salam sama
ibumu ya nak”. Saya mengirim salam kepada ibunya sebanyak 2 kali karena
sesungguhnya ibunyalah yang sangat hebat mengajarkan akhlak mulia kepada
anaknya ini.
Kejadian
hari itu mengingatkan saya kepada orang-orang dewasa yang telah bekerja baik
sebagai karyawan, pegawai negeri maupun yang hanya bekerja sebagai buruh, bahwa
begitu banyak diantara mereka yang masih sulit merubah pola pikirnya tentang
pekerjaan mereka, bahwa sesungguhnya bekerja itu adalah merupakan usaha
menegakkan harga diri.
Orang-orang
yang bekerja keras baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya
sesungguhnya adalah orang-orang yang memiliki harga diri. jika kita ingin
dihargai dijadikan tauladan atau contoh bagi keluarga maupun orang lain maka
bekerja adalah salah satu sarananya, tidak perduli apa jenis pekerjaan kita.
Fenomena
yang ada sekarang adalah begitu banyak pegawai, karyawan bahkan guru yang tidak
memiliki pandangan itu. Mereka begitu gampangnya meninggalkan tugas, kewajiban
dan tanggung jawabnya demi urusan pribadi yang tidak terlalu penting.
Dan
akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah swt agar kita senantiasa diberi
kesadaran untuk melaksanakan segala tanggung jawab kita, menunaikan kewajiban
kita sebagai amanah dan diberi keteguhan hati untuk terus istiqamah dalam
menjalankannya.
Aamin
ya rabbal alamin.
0 Komentar