Teng..tong…
Bunyi handpone
ku terdengar sayup, memang sayup-sayup tetapi terasa menggemuruh di dada.
Karena biasanya jika bunyi seperti itu, ada pesan dari orang-orang terdekatku.
Pesan siapakah yang paling sering kunantikan? Yah, pesan
dari anak-anakku yang nun jauh di sana.
Kuraih alat yang mengeluarkan sumber suara itu, buka
layarnya pelan-pelan.
Aduhai.. ada kiriman pesan dari anak ke-duaku. Deg-degan
buka pesannya. Perasaan ini selalu muncul tiap kali mau membaca pesan dari
mereka, ada bahagia disertai rasa kekhawatiran, kalau-kalau pesan kali ini
adalah pesan yang tidak diharapkan.
Saat pesan kubaca maka yang terlihat adalah foto sehelai
kertas yang bertuliskan ATM BNI disertai tulisan lainnya, dan terakhir tertulis
“SIMPAN TANDA TERIMA INI SEBAGAI BUKTI TRANSAKSI YANG SAH”.
Segera kujawab. “ ini untuk mama?”
“Untuk dirimu”, “Hahaha”
“Alhamdulillah, semoga tetap sehat dan bertambah dalle
alias rezkimu nak” balasku
“Aaamiin” balasnya.
Subhanallah! Berita yang membahagiakan. Bukan karena
beritanya tentang kiriman yang ada di foto tersebut melainkan perasaan bahagia
itu karena dia, anakku masih mengingat mamanya.
Mungkin saya saja yang terkadang merasa takut,
kalau-kalau anak akan melupakan saya dikarenakan jarak yang memisahkan juga
karena kesibukan mereka.
Dilupakan oleh orang terkasih pasti akan sangat
menyakitkan, apalagi jika itu dilakukan oleh anak sendiri.
Alhamdulillah, hal itu belum terjadi. Semoga saja tidak
pernah terjadi.
Terngiang nasehat ibuku, “jangan pernah melupakan orang
tuamu juga mertuamu agar kelak kamu tidak dilupakan pula oleh anak dan
menantumu”
Nasehat itu seakan mengindikasikan kalau akan terjadi hukum
karma, entahlah.
Namun jika kita memandang nasehat itu dari sudut pandang
yang lain maka logikanya jika kita selalu memperlihatkan kepada anak kita bahwa
kita selalu mengingat orang tua dan mertua maka secara tidak langsung kita
telah menanamkan ke dalam memori mereka bahwa mengingat orang tua itu bukan
hanya suatu kewajiban melainkan suatu
kebutuhan.
Jika di waktu dahulu, kami berkomunikasi dengan orang tua
harus datang dulu berkunjung ke rumah beliau.
Saat ini, media komunikasi sudah sangat lancar juga
banyak jenisnya , bisa telpon-telponan,
bisa melalui media sosial. Maka kita dapat menggunakan semua fasilitas itu.
Psst..sekedar info.
Yang paling sering menggunakan media itu adalah si bapak,
hampir setiap malam ia mengirimkan gambar, simbol-simbol bahkan fotonya sendiri
kepada ke dua anak kami. Mereka berbalas gambar, saling mengirmkan foto, saling
hahahaha hihihih lalu sibapak cekikikan sendiri, senyum senyum sendiri dan
sangat yakin kalau anak-anaknya juga demikian.
Ini pemandangan yang menghibur hati. Melihat suami yang
dahulu paling malas menggunakan media sosial sekarang malah paling rajin.
Katanya “ini tuntutan kebutuhan”
Hihihihi …pasti maksudnya kebutuhan melampiaskan
kerinduan.
Kalau saya, menggunakan media itu punya dua kebutuhan. Kebutuhan
melampiaskan kerinduan dan kebutuhan kiriman gambar seperti di atas. Hehehehe….dasar
emak-emak
Selamat berlibur!
4 Komentar
Betul skali nasehat ibu ta kak.. semoga kita semua selalu bisa dekat dengan keluarga :)
BalasHapusAaamiin ya rabbal alamin.
HapusMendekatkan anak-anak kita kepada keluarga baik keluarga terdekat maupun yg jauh secara otomatis mendekatkannya kepada kita juga, orang tuanya.
Subhanallah, bahagianya Bunda :)
BalasHapusalhamdulillah
Hapus