Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan
mendapatkan informasi dan pengetahuan belumlah dapat mengganti peran guru. Guru bukan hanya
berfungsi sebagai tenaga pengajar saja tetapi lebih dari itu, guru mempunyai
peranan yang lebih kompleks untuk mengantarkan siswanya mencapai tujuan
pendidikan seperti yang diamanatkan oleh undang-undang ( UU Sisdiknas No. 20. Tahun 2003).
Sedemikian besarnya peranan guru dalam pembelajaran sehingga kadang-kadang dianggap sebagai
penentu utama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, sehingga tidaklah
berlebihan kalau dikatakan bahwa guru bukanlah ujung tombak pendidikan
melainkan tombak itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu W Sanjaya 2006: 21
menyebutkan ada 7
peran guru, yaitu: (1) guru sebagai sumber belajar; (2) guru sebagai
fasilitator; (3) guru sebagai pengelola; (4) guru sebagai demonstrator; (5)
guru sebagai pembimbing; (6) guru sebagai motivator; dan (7) guru sebagai
evaluator.
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran
paradigma dalam pembelajaran ke arah
paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu
saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi
di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar
bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa
pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dalam kondisi
seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator
pembelajaran.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber
pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa atau mungkin juga
guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi
berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya
ditafsirkan oleh penerima pesan. Adakalanya proses penafsiran tersebut berhasil
dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (yang menyangkut
minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik
berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima
pesan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural
(berupa perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan
nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang
ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar.
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi
selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu
dengan menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber
belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar berlangsung lebih efektif dan
efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong
usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam
pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan dapat
menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang
sederhana sampai alat yang canggih. Bahkan mungkin lebih dari itu, guru
diharapkan mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya
sendiri. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi: (i) media sebagai alat
komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi media
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara metode mengajar
dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau manfaat media dalam pengajaran; (v)
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan
teknik media pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan media
pembelajaran.
Lebih jauh dijelaskan oleh W Sanjaya 2008: 24 , agar guru dapat
melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa
hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan
berbagai media sebagai sumber pembelajaran
Guru perlu memahami berbagai jenis
media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman
akan fungsi media sangat diperlukan karena setiap media memiliki
karakterisitk yang berbeda.
Guru perlu mempunyai keterampilan
dalam merancang suatu media. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan
memudahkan proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran
akan tercapai secara optimal.
Guru dituntut untuk mampu
menorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Berbagai perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru
bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok
Sebagai fasilitator, guru dituntut
agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal
ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan
siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
0 Komentar