Menghadiri satu acara,
kadang-kadang niat kita “keluar” dari makna acara tersebut.
Seperti acara mappaccing semalam, bukannya menyaksikan
acara dengan seksama budaya Bugis-Makassar
tersebut, sebahagian orang yang hadir malah sibuk memperhatikan tamu-tamu lainnya.
Menelisik satu persatu
model bajunya, kerudungnya, perhiasannya lalu dikomentari.
“Eih ..lihat itu si Fulan
cantiknya, bajunya mahal” bisik ibu Jeles.
“Wow kerennya! berapami
itu harganya?”timpal ibu Rempong.
“Kau lihat itu jilbabnya si Bacce, jeleknya itu toh, murahan
sekali, seperti yang dipakai ibu yang mau kepasar, hi..hi..hi..” kembali bisik
ibu Jeles sambil tertawa cekikikan.
Sementara di dalam ruangan
sang calon pengantin didampingi kedua orang tuanya lagi duduk di atas lamming dengan kedua telapak tangan
bertumpuh di atas bantal, menghadap ke atas ibarat seorang yang meminta sesuatu
atau bisa juga diibaratkan tangan tangadah sedang berdoa. Suara orang yang
membacakan barzanji bersahut-sahutan
dan ketika terdengar suara yang serempak kalau dalam bahasa Bugis Makassar, suara
serempak itu adalah bacaan Saraka, maka
acara mappacing dimulai.
Keluarga terdekat dari
calon pengantin dipersilahkan terlebih dahulu maju untuk mappacingi calon pengantin, yaitu prosesi membubuhi telapak tangan
calon pengantin dengan daun pacar yang telah dihaluskan lalu dicampur dengan
sedikit air. Alat yang digunakan untuk
membubuhi daun pacar tersebut biasanya adalah sedikit daun pisang dibentuk
seperti kuas.
Kemudian disusul oleh orang-orang yang dianggap
mumpuni, baik secara ilmu maupun dari segi harta.
Kalau menurut saya acara
adat itu lebih mirip dengan budaya Hindustan di India, yaitu acara Mehndi , memberi lukisan di telapak
tangan dan kaki yang pembuatannya menggunakan henna.
Tetapi
bukan prosesi acara mappaccing itu yang menggelitik hati saya, melainkan celoteh
dari sebahagian para tamu yang datang.
Tanpa
mendengarkan suara pelantun barzanji
dan menyaksikan proses acara mappcing
yang ditayangkan pada slide melalu LCD layaknya menonton layar tancap, mereka
malah sibuk celingak celinguk memperhatikan dengan seksama setiap tamu yang
datang, Memelototinya dari ujung kaki hingga ujung rambut kalau yang hadir ibu
yang berilbab, yah hingga ujung jilbabnya.
Astagfirullah,
saya tersentak kaget dicolek oleh ibu yang duduk di sampingku sambil berbisik (bukan
berbisik sih) karena suaranya terdengar pula oleh orang yang duduk di
belakangku.
“Hei..hei..lihat
ibu haji itu, dia itu orang terkaya
dikampung kita, lihat gelangnya, cincinnya…wiiih sungguh mewah”
“Hei
kau lihat itu, itu yang pakai baju warna hijau botol” bisiknya lebih keras, kedengaran
agak kesal, mungkin karena saya lebih sibuk menonton prosesi mappacing yang
ditampilkan di layar.
“Kau
lihat itukah?” tanyanya lagi. Suaranya lebih meninggi, sepertinya kalau dia betul
betul kesal
“Yang
manaaaa?” tanyaku sekedar meredam emosinya.
“Ituuuu,
mewah toh perhiasannya?’ jawabnya dengan suara yang sedikit menurun
“Oooo..itu..?”
jawabku tanpa menoleh sedikitpun.
Malas
juga rasanya berdekatan dengan orang seperti itu. Apa untungnya yah
memperhatikan perhiasan orang lain, pakaian
orang lain dan bla..bla..?
Kalau
memperhatikan lalu mengeluarkan kata pujian, menurutku tidak mengapa juga sekedar
berdecak kagum. Tetapi, menurutku lebih eloknya jika kita berdecak sambil menyebut asma Allah.
Alhamdulillah,
luar biasa yah? Subhanallah! Allah Maha
Kaya, harta orang kaya itu belum seberapa dibanding dengan kekayaan Allah.
Selain
memuji, terkadang pula kata-kata celaan keluar dari bibir manis ibu-ibu
manakala mendapati tamu yang kebetulan
tidak berpenampilan wah.
Astagfirullah!
Bukankah orang-orang yang mencelah, mengejek termasuk orang-orang diperingatkan
oleh Allah sebagai orang yang celaka.
Sebagaimana
firman Allah dalam surah Al Humazah (104:01)
kelak dia akan
dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah (104: 04).
Nuzubillah!
2 Komentar
hahah sisi lain dari mappaccing memang akan banyak terlihat Haji-Haji mabbelloo yaaaaa MAM :D tp memang bikin jengkel kalau dapat teman duduk begitu di' haha na ajakki dosa wkwk
BalasHapusBukan lagi, mengurangi konsentrasi hihihi
Hapus