Tahun 2016 baru saja berlalu menurut penanggalan Miladiyah.
Begitu banyak peristiwa yang terjadi dari hari ke hari. Tahun
2016 ini adalah hari yang penuh kebahagiaan tahun memetik hikmah atas peristiwa
duka diakhir tahun 2015. Karena tahun 2015 bagiku adalah tahun yang penuh
sensasi. Tahun dimana saya dianugerahi nikmat yang luar biasa, penuh dengan
berkah Allah SWT sekaligus sebagai tahun
yang sarat dengan cobaan dan ujian.
Saya tidak menangis apalagi meraung, saya terdiam. Sepertinya
bersabar. Namun saat itulah saya merasakan kekosongan jiwa. Tidak punya impian,
Semua rutinitas berjalan biasa, berusaha melakoni aktifitas dengan baik namun
hampa.
Maka hari ini, 1
Januari 2017, saya akan menuliskan
kenangan-kenangan yang tidak kalah sensasinya di tahun 2016. Perjalanan
kehidupan ibarat kaleidoskop atau bisa juga disebut refleksi diri.
Menata Puing-puing.
Januari 2016, saya kembali ke rumah. Rumah yang telah runtuh
akibat peristiwa kebakaran. Api yang telah melalap habis rumah dan seluruh isinya.
Saya berharap inilah yang pertama dan terakhir.
Memasuki rumah yang penuh kenangan ini terasa ada sedikit
luka, luka itu tidak terlalu besar tipis saja sayatannya tetapi perih bagaikan
sayatan silet. Hampir setiap hari saya merasakan sayatan-sayatan itu. Perihnya
terasa setiap kali berada di tempat tertentu dan terasa setiap melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu. Misalnya,
sedang memasak maka luka sayatan itu muncul tanpa direncanakan, mendapati ruang
dapur yang kosong tanpa peralatan dapur.
Yang tidak kalah perihnya adalah ketika mau membaca, buku-buku yang saya
kumpulkan bertahun-tahun silam juga telah musnah.
Namun, perlahan-lahan saya dan keluarga mulai menata
kehidupan, mencoba menerima situasi yang serba kekurangan itu. Hubungan dan kasih sayang diantara anak-anak
saya semakin terjalin indah, terlihat dari keikhlasan mereka untuk saling
berbagi pakaian. Jika si sulung akan keluar rumah maka si adik merelakan
pakaiannya dipakai oleh si kakak demikian pula si sulung. Satu celana dipakai
berarma-ramai, hehehe…yes mereka semakin saling memahami.
Hikmah lain dari musibah itu adalah kedua anakku yang
kebetulan telah menyelesaikan pendidikannya menjadi semakin bersemangat mencari
pekerjaan. Awalnya mereka berencana melanjutkan pendidikan ke S2 karena melihat
kondisi keuangan orang tuanya akhirnya memutuskan untuk menunda cita-cita
mereka.
“Saya mau cari pekerjaan dulu ma..untuk membantu keluarga,
doakan ya ma..” kata si sulung dengan mantap.
“Saya juga, doakan saya juga ma..” kata si adik.
Subhanallah..alhamdulillah, mereka benar-benar telah dewasa.
Niat mereka untuk membantu keluarganya membuatku terharu sekaligus bangga.
Mama pasti mendoakanmu nak!
Tahukah kalian? Di sepertiga malam, setiap selesai bersujud
kepada Ilahi, mama mendatangimu, mengusap kepalamu sambil berbisik dalam hati,
“mama takut meminta kekayaan kepada Allah atas dirimu, mama hanya meminta,
cukuplah kamu menjadi anak yang sholeh, urusan kekayaan dan kesuksesan biarkan
Allah yang mengatur hidupmu”.
Allah azza wajallah tidak pernah tidur! Sulungku mendapatkan
pekerjaan yang menurutnya itu sangat sesuai passionnya, sesuai pula dengan
pendidikannya, Alhamdulillah, saatnya si sulung memasuki dunia baru lagi, dunia
pekerjaan yang pasti lebih dinamis. Ketika dia pamit ke Bandung, tempat tugasnya,
saya hanya berpesan, “hati-hati, jaga sholatmu, jaga ibadahmu, jaga hatimu!
Beruntun mendapatkan anugrah dari-Nya, si adik juga
mendapatkan pekerjaan yang diharapkannya. Masih dengan pesan yang sama sebelum
memasuki dunia yang lebih “keras”. Hati-hati, jaga sholatmu, jaga ibadahmu,
jaga hatimu!
Februari di Pulau Lakkang
Ada satu kegiatan yang sangat mengasyikkan di bulan Februari
2016. Kegiatan muridku, yaitu kegiatan Hizbulwathan, suatu kegiatan kepanduan
Muhammadiyah yang dilaksanakan di suatu pulau di tengah-tengah kota Makassar.
Pulau Lakkang. Pulau ini adalah kelurahan dan pulau di kecamatana Tallo, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan.
Sekalipun saya asli penduduk Makassar, tetapi baru kali
itulah saya menginjakkan kaki di pulau itu. Sangat indah dengan luas 1,65 km2, jumlah penduduk kurang
lebih 976 jiwa dengan ramah menyambut kami, menyambut semua peserta kegiatan
kepanduan itu. (suatu saat saya akan menulis tentang pulau ini).
Sungguh bahagia rasanya bersama anak-anak yang bersemangat,
berlomba, berkreasi, bergembira. Mereka
saling memamerkan ketangkasannya mendirikan kemah, memamerkan
kepandaiannya memasak, memamerkan kelincahannya menari, menyanyi. Wow…luar
biasa! Maka bahagia itu memang sederhana.
Titik Balik di Bulan September
Di bulan ini, untuk pertama kalinya mengikuti training
online, training ini adalah hadiah atas kemenangan saya dalam suatu lomba menulis
puisi yang dilaksanakan oleh grup Tips Nulis dan Bisnis. Puisi itu sebenarnya
saya adaptasi dari puisi saya sebelumnya, karena harus bertemakan lomba maka
berubahlah beberapa kata-katanya.
Dari puisi ini.
Perlahan tapi pasti…
Mentari menukik ke ujung barat
Tersenyum malu melambaikan tangan
Seakan mengisyaratkan seribu tanya
Akankah kita bertemu esok
Karena bisa jadi malampun tak akan bersua
Perlahan tapi pasti..
Ingatan muncul pada senyum manismu
Terasa indah
Menari-nari di pelupuk mata
Melambai-lambai mesrah
Perlahan tapi pasti..
Mata nakal mulai melirik
Pada ajakan manjamu
Bermesraan di taman kasih
Inginnya hati merengkuhmu
Namun jiwa menahan
Pelan-pelan
saja…
Wahai
diri
Pupuk
saja kesabaranmu
Lalu
teruslah berjuang tanpa lelah
Karena…
Perlahan
tapi pasti….
Maka
kepastian cintamu akan berlabuh
Menjadi seperti ini.
Perlahan tapi pasti…
Mentari menukik ke ujung barat
Tersenyum malu melambaikan tangan
Seakan mengisyaratkan seribu tanya
Akankah kita bertemu esok
Karena bisa jadi malampun tak akan bersua
Perlahan tapi pasti..
Ingatan muncul pada Grup tips Nulis dan Bisnis 13
Tulisan indah penuh
inspirasi
Kata-kata manis penyemangat jiwa
Menari-nari di pelupuk mata
Melambai-lambai menarik masuk ke indscrip Training Center
Perlahan tapi pasti…
Mata tertuju pada TOD: bagaimana membisniskan tulisan
Namun hati menahan karena segumpal benak.
Berbisik lirih mengajak ke Sekolah Perempuan
Perlahan tapi pasti..
Mata nakal mulai melirik
pada ajakan manja dari sang mentor
untuk melabuhkan hati pada Heart Selling
Inginnya menapakkan hati pada semua training itu
Namun jiwa menahan sambil tersenyum simpul
Pelan-pelan
saja…
Satu
persatu wahai ibu
Pupuk
saja semangatmu
Lalu
teruslah berjuang tanpa lelah
Karena…
Perlahan
tapi pasti…
Asal
bersama Indscrip Training Center
Maka
kepastian citamu akan tercapai
Inilah titik balik kebangkitan saya dalam kepenulisan. Mengikuti training online yang dimentoring
Indari Mastuti, membuka cakrawala berpikir saya tentang menulis yang baik. Lalu
terciptalah tulisan-tulisan inspiratif yang menjadi bahan pelatihan menulis
saya.
Saya semakin “haus” dengan ilmu menulis karenanya saya
meminta bergabung ke berbagai grup
menulis. Salah satunya adalah grup IIDN
Makassar yang digawangi seorang ibu muda yang luar biasa. Ibu Mugniar. Melalui
beliau saya mengenal berbagai komunitas blogger.
Saya mulai lagi belajar ngeblog. Karena saya memang bukanlah
blogger yang handal, saya masih dalam taraf belajar. Tulisan-tulisan hasil
training itu saya posting di blog.
Awal bulan Nopember, saya memenuhi lagi perasaan “haus” saya
dengan mengikuti sekolah tentang menulis. Sekolah Perempuan, sekolah yang
mengajarkan tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan menulis dan masih
berlangsung sampai hari ini. Sangat feel
incredible, (sok-sok bahasa Inggris, hehehe..) semangat belajar saya
bangkit bagaikan mendapatkan amunisi baru dalam kehidupan saya. Dengan percaya diri, saya memutuskan bahwa,
menulis telah menguraikan kesedihanku menjadi simpul-simpul kebahagiaan.
Kemenangan di Bulan Nopember
Mengikuti lomba menulis kisah inspiratif adalah kegiatan yang
pertama kali saya ikuti di tahun 2016. Ini adalah lomba menulis ke-dua yang
saya ikuti. Yah..karena beberapa puluh tahun silam, waktu saya masih SMP pernah
juga mengikuti lomba menulis dan berhasil meraih juara tiga. Tetapi lomba yang
saya ikuti kali ini, sangat berbeda dengan lomba yang saya ikuti puluhan tahun
lalu itu. Jelaslah sangat berbeda, karena waktu itu, tulisan tangan yang baik
dan indah menjadi bagian penilaian. (hihihi..lucu juga mengingat masa itu).
Lomba menulis kisah inspiratif dengan tema “Bangga Jadi Ibu”
yang akan diumumkan pada bulan Desember 2016. Awalnya saya ragu mengikuti lomba
itu, karena pesertanya adalah ibu-ibu seluruh Indonesia yang beberapa
diantaranya adalah ibu-ibu yang sudah berpengalaman dalam dunia menulis.
Bismilllah, saya percaya diri saja mengikutinya. Saya lalu
mencoba menuliskan kisah saya sebagai ibu dengan empat orang putra dan seorang
putri. Tulisan itu saya beri judul “Anugerah
Terindah”. Saking bersemangatnya saya menuliskan
lagi kisah saya yang terinspirasi dari
album foto yang saya temukan, tulisan itu saya beri judul “Album
Foto Usang”.
Taraa…”Album Foto
Usang” masuk dalam 99 finalis penulis antologi “Bangga Jadi Ibu”. Subhanallah.
Alhamdulillah, kabar yang sangat membahagiakan. Walaupun tulisan itu tidak
juara tetapi saya merasa sudah menang, mengalahkan ketidak percayaan diriku.
Mengharu biru
di bulan Desember.
Aksi damai 212 adalah peristiwa di Indonesia yang mengharu
biru perasaan saya. Melihat saudara-saudara muslim saya melakukan aksi super
damai walaupun hanya melalui tayangan di televisi, melihat foto-foto postingan
di media sosial telah memekarkan lagi perasaan cinta saya terhadap agama saya.
Cinta yang selalu saya pelihara di hati dan senantiasa berusaha memupuk,
menyemai dan menyiraminya. Hari itu, tanggal 2 Desember 2016, terasa cintaku berkobar
luar biasa. Dua dari lima anakku yang ikut aksi damai 212 itu mengirimkan foto-fotonya. Alhamdulillah, sekalipun mama
tidak bisa ikut tetapi kalian telah mewakili mama. Terima kasih anak-anakku,
mari kita menanamkan cinta kepada agama kita dan menyebarkan kedamaian kepada
seluruh makhluk di bumi ini.
Selalu, bulan Desember adalah bulan yang istimewa buat saya,
karena di bulan inilah saya terlahir 52 tahun silam, tepatnya pada tanggal 11
Desember. Tanpa direncanakan sebelumnya,
saya bersama suami mengunjungi Yogyakarta tepat di hari ulang tahun saya itu.
Inilah kali pertama kami berwisata bersama. Seakan-akan kami merayakan ulang
tahun saya di Yogyakarta, padahal sesungguhnya hanya kebetulan saja.
Berwisata bersama suami di pegunungan Dieng yang indah, sejuk
sesejuk perasaan kami. Lalu mengunjungi Telaga Warna bagaikan memantulkan warna
warni kehidupan keluarga kami. Subhanallah. Semoga cinta kami semakin dikuatkan.
Inilah akhir yang
indah di tahun 2016.
2 Komentar
hi salam kenal. smoga ntar bisa meet up diacara blogger AM yaa
BalasHapusSalam kenal juga, terima kasih sudah singgah
Hapus